PANGKALPINANG, iNews.id - Gubernur Bangka Belitung (Babel) Erzaldi menyebut kehadiran PT Timah dirasa kurang memberikan dampak bagi pembangunan daerah Babel. Padahal Babel merupakan pemasok timah terbesar di dunia.
"Ini disebabkan sejak PT Timah berdiri hingga sampai timah tidak menjadi barang strategis lagi, hampir pembangunan di Bangka Belitung ini tidak sebaik daerah-daerah lain. Padahal yang telah dikenal luas baik di nusantara maupun dunia, timah itu dari Bangka Belitung," kata Erzaldi, Senin (15/11/2021).
Erzaldi mengatakan itu dalam diskusi yang digelar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia (RI) dengan tema "Optimalisasi Pendapatan BUMN dan PNBP Melalui Peningkatan Nilai Tambah Sumber Daya Mineral".
Menurut Erzaldi, kondisi itu menyebabkan kebingungan bagi para kepala daerah dalam menentukan sikap untuk meningkatkan kesejahteraan warganya.
Di satu sisi, pemerintah daerah ingin mengembangkan sektor lain. Namun di sisi lain sektor itu akan sulit berkembang lantaran penambangan terus berlangsung. Selain itu regulasi pertimahan dikuasai oleh pemerintah pusat.
Menurut Erzaldi, pendapatan dari timah cukup lumayan. Namun tidak semua pendapatan daerah dari sektor itu. Dia memilih untuk lebih mengembangka pariwisata.
"Kalau mau disuruh pilih, ya, pariwisata. Karena alam kita ini sangat luar biasa indahnya. Kami juga sudah ada kebijakan mentransformasikan dari mining ke tourism. Tapi hal ini perlu dukungan semua stakeholder," ujarnya.
Erzaldi menilai, kurangnya kolaborasi antara lembaga menyebabkan terjadinya ketidaksinkronan kebijakan di level kementerian. Hal ini menyebabkan polemik dan carut-marut pertimahan di Babel tak kunjung usai.
Kondisi ini kemudian berefek domino pada profesi lainnya, seperti petani dan nelayan yang lahan bercocok tanam maupun wilayah tangkapan mereka menjadi terganggu akibat aktivitas pertambangan
"Antarlintas kementerian pun kerap terjadi juga perbedaan kebijakan. Kementerian Kelautan dan ESDM beda kebijakan. Sehingga mohon maaf, nelayan kami teriak-teriak," kata Erzaldi.
"Sekarang mau pilih apa. Mau pilih ikan atau timah? Kalau mau pilih timah, mau tidak PT Timah memberi makan para nelayan? Karena kalau timah diambil, laut tercemar," ucapnya.
Permasalahan penting yang dialami oleh Babel saat ini bukan hanya persoalan legal-ilegal telah menjadi rutin. Namun IUP (Izin Usaha Produksi) PT Timah lah yang menurutnya terlalu banyak dan luas.
Dia meyakini PT Timah tidak bisa efektif melakukan pengawasan terhadap wilayah IUP-nya.
"Kalau soal legal-ilegal, hal itu dipicu karena terlalu banyaknya dan luasnya wilayah IUP PT Timah. Akan sulit mengawasi, padahal PT Timah juga berkewajiban dan harus mengawasi IUP-nya," katanya.
Untuk itu Erzaldi meminta kepada BPK RI untuk menjadi penyambung lidah agar diturunkan sebuah regulasi yang dapat berpihak kepada Babel. Baik itu soal kewenangan, hingga royalti, yang seharusnya diterima lebih besar dari yang didapatkan saat ini, yang hanya pada kisaran 3 persen.
"Saya juga menyayangkan, saya rasa hanya di Bangka Belitung menjadi satu-satunya daerah yang tidak punya sahamnya di BUMN. Segera optimalisasi nilai tambang timah sekarang," katanya
"Jangan lagi sampai monazite dan segala macam kandungan lainnya itu terus diselundupkan orang, karena itulah harta terakhir Bangka Belitung," katanyal lagi.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait