Berkah di Tengah Pandemi, Warga Babel Olah Lidi Nipah Jadi Komoditas Ekspor

BANGKA, iNews.id - Kreatifitas masyarakat Bangka Belitung (Babel) di tengah pandemi Covid-19, berhasil mengemas lidi nipah yang tadinya tidak termanfaatkan menjadi barang komoditas ekspor. Tak tanggung-tanggung, puluhan ton lidi nipah sudah dikirim ke luar negeri.
Namun, meski berlimpah pengambilan lidi nipah butuh perjuangan ekstra. Seperti yang dilakukan warga Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Berangkat dari dermaga tambat perahu nelayan setempat, pencari lidi nipah harus melewati perjalanan membelah sungai, sembari mengamati tumbuhan nipah yang pas untuk dipanen lidinya.
Setelah menempuh perjalan sekitar satu jam menggunakan perahu nelayan tradisional, baru lah bisa menemukan lidi nipah untuk dipanen.
Akan tetapi, hanya dahan pohon nipah yang masih muda dan belum mekar mengeluarkan daun, yang bisa diambil lidinya.
Sementara, untuk mendapat lidi nipah berkualitas ekspor, petani harus mencarinya jauh dari muara sungai.
"Biasanya kalau lebih jauh dari laut, lidi nipahnya lebih panjang. Sebab, untuk ekspor mereka mau yang ukuran lebih dari satu meter," kata pencari lidi nipah, Budiman, Rabu (16/12/2020).
Secara gotong royong, lidih nipah yang didapat kemudian dibawa ke perkampungan untuk dibersihkan. Selanjutnya, lidi nipah dijemur di bawah terik matahari hingga kering, sebelum dijual ke pengepul.
"Tergantung cuaca, kadang sehari bisa dapat 20 kilo, kadang lebih kadang kurang. Kami jual ke pengepul awalnya Rp4.700, sekarang naik Rp5.000," ujar Budiman.
Budiman adalah salah satu warga di Desa Kota Kapur yang beralih profesi menjadi pencari lidi nipah, setelah perekonomian keluarganya terdampak pandemi Covid-19.
Kendati baru dimulai sejak masa pandemi, buah kreatifitas warga di sana sudah sampai ke negara Nepal. Tak cuma itu, permintaan juga datang dari Jepang.
Pengepul lidi nipah, Jafri mengaku, mereka diminta mengirimkan 100 ton lidi nipah per bulan.
"Kami sudah ekspor itu sudah dua kali ke Nepal, pertama itu 12 ton dan kedua 11 ton. Permintaan 100 ton karena ada juga permintaan dari Jepang. Tapi karena pencari lidi nipah ini hanya di Kota Kapur, jadi kami tidak tercover untuk memenuhi permintaan itu," ujar Jafri.
Editor: Ikhsan Firmansyah