JAKARTA, iNews.id – Cerita rakyat Bangka yang populer tentang Asal Usul Batu Balai menarik diulas. Asal Usul Batu Balai ini mirip dengan legenda Malin Kundang di Sumatera Barat.
Dilansir dari laman bangkabaratkab.go.id, Batu Balai adalah salah satu keajaiban alam yang ada di Bangka Barat tepatnya di Kampung Balai, Kelurahan Tanjung, Muntok.
Cerita Rakyat di Sumatera Selatan yang Populer
Batu besar itu bertumpuk dua, dan bagian paling atas menyerupai buritan sebuah perahu. Layaknya perahu layer, bagian pinggir batu yang menyerupai buritan tersebut membekas laksana membentuk alur-alur, atau dikenal dengan istilah Polka (tempat pengikat terpal) dalam dunia perkapalan.
Asal Usul Batu Balai
Dikutip dari Buku Cerita Rakyat Nusantara Populer karangan Lia Nuralia dan Iim Imadudin, Alkisah, hidup seorang perempuan tua yang tinggal berdua dengan anak tunggalnya bernama Dempu Awang.
Cerita Rakyat dari Jawa Tengah, Dongeng Joko Bodo yang Menarik Disimak
Mereka tinggal di dusun terpencil kawasan Mentok. Kehidupan mereka serba kekurangan. Kondisi itulah yang mendorong Dempu Awang untuk merantau guna mencari penghidupan yang lebih layak di negeri orang.
Berbekal restu ibunya, Dempu Awang pun berangkat menuju kota pelabuhan. Selama merantau, Dempu Awang tak pernah pulang ke rumah menjenguk ibunya. Setelah 10 tahun berlalu, Dempu Awang rupanya telah menjadi orang kaya dan mempunyai istri cantik.
Dempu Awang tak lupa dengan ibunya yang tinggal seorang diri. Dia pun mengajak serta istrinya untuk pergi menjenguk ibunya.Berangkatlah mereka berlayar dengan kapal besar yang megah dan indah menuju Mentok, tempat kelahirannya.
Niat Dempu Awang menjenguk ibunya pun akhirnya kesampaian. Namun, begitu melihat kondisi ibunya dengan pakaian compang-camping, hati Dempu Awang bukannya merasa iba. Dia malah berubah pikiran dan bertanya-tanya dalam hatinya benarkah itu ibu yang melahirkan dan membesarkannya.
Dempu Awang juga tidak mencium tangan bahkan menyapa ibunya. Melihat gelagat anaknya yang tidak wajar, Ibu Dempu Awang mencoba mendekati anaknya yang masih membisu.
“Dempu Awang, lupakah kau akan ibumu ini? Mendekatlah Nak, ibu ingin lihat tanda di keningmu. Goresan saat kau terjatuh saat kecil dulu masih membekas. Itu benar tanda kau anakku,” kata ibu Dempu Awang.
Sang ibu kemudian berusaha menyentuh kening anaknya. Namun, dengan secepat kilat Dempu Awang menepis tangan ibunya yang gemetaran karena sudah lanjut usia.
Bukannya memeluk ibunya, Dempu Awang malah mendoron ibunya hingga terjatuh.
Melihat hal itu, istri Dempu Awang merasa iba. Dia kemudian meminta suaminya untuk mengakui perempuan tua itu adalah ibunya.
Sang istri juga mengajak Dempu Awang untuk bersujud di kaki ibunya sembari meminta maaf.
Namun, ajakan sang istri ditolak mentah-mentah Dempu Awang yang hatinya sudah tertutup eangkuhan.
Istrinya lalu berkata “ Suamiku, janganlah kau turuti nafsumu. Bukankah kita jauh-jauh dating ke sini untuk mengejuk ibu. Aku mohon,” ucap istri Dempu Awang.
Editor: Kastolani Marzuki